Selasa, 03 Desember 2019

Kontakperkasa Futures Surabaya

Kontakperkasa Futures Surabaya


PT KONTAK PERKASA FUTURES | Asap Rokok Biasa Vs Uap Vape, Bahaya Mana untuk Perokok Pasif?

Posted: 02 Dec 2019 09:06 PM PST



PT KONTAK PERKASA FUTURES SURABAYA - Rokok biasa atau konvensional masih punya penggemar meskipun sudah banyak bermunculan rokok elektronik berjenis vape yang disebut-sebut sebagai alternatif berhenti merokok. Uap yang dihasilkan dari vape dianggap memiliki wewangian yang enak, dan tidak seperti rokok. Apakah akan sama bahayanya seperti menghisap asap rokok bagi perokok pasif, jika menghirup uap vape?

Ahli Toksikologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, dr Sho'im Hidayat, mengatakan HPHC (Harmful and Potentially Harmful Constituents) atau kandungan yang dapat berpotensi bahaya, yang dimiliki uap rokok elektrik, jika dibandingkan dengan rokok biasa atau konvensional itu jauh lebih rendah.

"Dari penelitian-penelitian di luar negeri, ternyata rokok elektronik itu kandungan HPHC-nya dibandingkan dengan rokok bakar, itu jauh lebih rendah. Bahkan, sampai 90 persen lebih rendahnya," ucap dr Sho'im, saat ditemui detikcom, pada Senin (2/12/2019).

Secara teknis memang asap rokok mengandung kandungan zat yang bernama Tar. Tar dihasilkan akibat proses pembakaran pada tembakau, dan mengandung senyawa karsinogenik yang dapat memicu timbulnya berbagai penyakit berbahaya seperti jantung dan kanker. Tidak seperti vape, yang hanya dipanaskan sehingga tidak terkandung zat Tar didalam uapnya.

Hal ini juga dijelaskan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr Kadek Dian Lestari, bahwa risiko yang akan diterima oleh perokok pasif, saat menghirup uap vape akan lebih rendah, jika dibandingkan dengan asap rokok.

"Yang elektronik itu kan dipanaskan, jadi dia dikatakan tidak mengandung Tar. Jadi, risikonya lebih berkurang," kata dr Kadek

Namun, karena belum adanya penelitian di Indonesia terhadap bahayanya vape ini, dan hanya mengacu pada pelitian dari luar negeri. Maka, perlu dilakukannya penelitian yang berada di dalam negeri, agar keresahan dan kebingungan ini bisa terjawab.

"Jadi untuk pastif (bahaya) atau tidaknya, kita lihat penelitian mana yang kita baca dari sumber mana, saya pun belum bisa mempastikan itu lebih rendah atau tidak, untuk konvensional atau yang rokok elektronik. Jadi, tetap kita harus melakukan penelitian karena rokok elektronik yang banyak di sini pun belum tentu sama seperti yang di luar negeri. Jadi, kita lakukan saja penelitian karena di sana akan menjawab semua hal," ujar dr Kadek menambahkan.

Apakah berarti vape lebih aman? Tunggu dulu. Oleh ahli paru dr Agus Dwi Susanto, SpP(K), anggapan vape lebih aman dinilai menyesatkan. Bagaimanapun, uapnya mengandung banyak kartikel yang sifatnya iritatif dan dalam jangka panjang bisa memicu masalah kesehatan.

"Sama seperti asap rokok konvensional, uap rokok elektrik juga mengandung partikel-partikel halus yang sifatnya iritatif dan bisa menyebabkan iritasi di saluran napas atas dan bawah. Ini meningkatkan risiko asma, infeksi saluran pernapasan akut seperti tuberculosis (TBC) dan pneumonia," pungkas dokter Agus. PT KONTAK PERKASA FUTURES

Baca juga artikel lainnya
1. Bitcoin 'Bikin Sakit', Lebih Baik Pilih Emas | PT KONTAK PERKASA FUTURES
2. Investasi Emas Tetap Menggiurkan Sampai Kuartal Pertama 2018 | PT KONTAK PERKASA FUTURES
3. Investasi Masih Menarik Tahun 2018 | PT KONTAK PERKASA FUTURES
4. Menengok Prospek Bisnis Investasi di Tahun Politik | PT KONTAK PERKASA FUTURES
5. Tahun 2018, Bisnis investasi Dinilai Tetap Menarik | PT KONTAK PERKASA FUTURES
6. 2018 Emas dan Dolar Pilihan Menarik untuk Investasi Berjangka | PT KONTAK PERKASA FUTURES
7. KPF: Bisnis Investasi Masih Menarik pada 2018 | PT KONTAK PERKASA FUTURES
detik.com

PT KONTAK PERKASA | Penting Mana, Internet Stabil atau Makin Cepat?

Posted: 02 Dec 2019 05:36 PM PST



PT KONTAK PERKASA SURABAYA - Pembicaraan soal jaringan 5G di Indonesia belakangan cukup menyita perhatian lantaran diharapkan bisa lebih cepat mengakses segala sesuatu di dunia maya. Tapi kalau kamu tim mana, internet yang lebih stabil atau jaringan lebih cepat?

"Untuk industri eSport ya kalau kita lihat di Indonesia memang besar dan cukup berkembang, tapi tak terlepas dari sejumlah tantangan. Kalau kita lihat Indonesia masih di peringkat ke-17, turun 1 peringkat dari tahun lalu, jadi bisa saya bilang masih sangat rendah masih banyak yang bisa kerjain, banyak potensi untuk berkembang jauh ke depannya," kata Hans Kurniadi Saleh Country Director Garena di Telco Outlook 2020, Jakarta, Senin (2/11/2019).

Salah satu caranya adalah dengan membangun infrastruktur yang lebih baik, terutama internet. Dunia eSport menurutnya lebih membutuhkan koneksi internet yang stabil lantaran mempengaruhi jalannya game.

"Ada perkembangan dan makin masuk hingga ke pelosok. Yang mungkin ada dari isu adalah kestabilan internet. Jadi kalau dibahas soal 4G, 5G, dari kita yang penting stabil. Karena dari game kita nggak butuh internet yang cepat juga kami lebih butuh yang stabil," sambungnya.

Menonton video delay beberapa milisecond tidak masalah, namun dalam game sudah banyak mempengaruhi permainan seorang gamer dan atlet esport. "Delay beberapa millisecond nggak bikin hang tapi dari segi game sedikit saja bisa sangat mempengaruhi," cetus dia.

Dengan internet yang baik, eSport pun bisa berkembang dengan menjangkau ke daerah karena game adalah salah satu kegemaran yang paling dekat dengan millenial yang jumlahnya tak sedikit. Selain itu, banyak sektor bisa masuk ke pelosok yang hiburannya masih sangat-sangat terbatas.

"Yang kita lihat juga, di pelosok entertaiment itu sangat-sangat terbatas dan dengan adanya game bisa memberikan hiburan. Dan dengan pemerintah mendukung eSport, kan atlet eSport baru diberangkatkan presiden loh dan dari sini kita lihat pandangan soal game bisa lebih baik," kata dia.

Indonesia juga banyak menghasilkan game lokal yang sebenarnya juga sudah masuk ke industri eSport sejak beberapa waktu lalu. "Salah satunya sekarang yang kita lihat di Piala Presiden ini di 2020 nanti akan ada game lokalnya," lanjut Hans.

Akan tetapi diakui masih banyak yang perlu dievaluasi. Indonesia masih tertinggal contohnya dengan China yang memproduksi banyak game. Perbandingannya menurut Hans sangatlah jauh sehingga hal ini perlu menjadi peranan pemerintah untuk terus mendukung kreator lokal supaya bisa lebih bersaing di kancah global. PT KONTAK PERKASA

Baca juga artikel lainnya
1. Bitcoin 'Bikin Sakit', Lebih Baik Pilih Emas | PT KONTAK PERKASA
2. Investasi Emas Tetap Menggiurkan Sampai Kuartal Pertama 2018 | PT KONTAK PERKASA
3. Investasi Masih Menarik Tahun 2018 | PT KONTAK PERKASA
4. Menengok Prospek Bisnis Investasi di Tahun Politik | PT KONTAK PERKASA
5. Tahun 2018, Bisnis investasi Dinilai Tetap Menarik | PT KONTAK PERKASA
6. 2018 Emas dan Dolar Pilihan Menarik untuk Investasi Berjangka | PT KONTAK PERKASA
7. KPF: Bisnis Investasi Masih Menarik pada 2018 | PT KONTAK PERKASA
detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar