PT KONTAK PERKASA FUTURES SURABAYA - GBP/USD naik dari kerendahannya, dan diperdagangkan berhasil menembus 1.37 di 1.3721, ditopang oleh membaiknya sentimen pasar. Investor memperkirakan the Fed akan menahan diri untuk menarik dukungan terhadap ekonomi. Meningkatnya kasus covid di Inggris agak membebani Sterling. PMI jasa pendahuluan dari Markit sangat mengecewakan dengan muncul di 55.
Memasuki minggu yang baru, ada sentimen yang benar-benar berbeda. Pasar bersemangat dengan prospek bahwa Federal Reserve akan menunda melakukan "tapering" dari skema pembelian obligasi, berkebalikan dengan suramnya sentimen minggu lalu. Namun, alasan berspekulasi bahwa the Fed akan menahan diri dari memperlambat pencetakan uang bukanlah sesuatu yang positip yaitu cepatnya penyebaran varian covid Delta.
Permintaan akan assets safe-haven termasuk dollar AS mereda, sementara harga saham mengalami kenaikan, dengan memburuknya situasi di AS karena penyebaran varian Delta bisa memaksa the Fed tetap tidak mengubah kebijakan moneter yang ultra longgar.
Namun kejatuhan dollar AS kelihatannya kemungkinan tidak akan berlanjut terus, terutama tidak terhadap Poundsterling. Pergerakan naik sekarang kemungkinan hanya sementara dan tidak cukup untuk mengangkat GBP/USD kembali ke ketinggian sebelum kejatuhan.
Alasan the Fed menahan diri dari mengurangi dukungan ekonomi datang dari merebaknya kembali virus corona, yang berarti lebih lemahnya aktifitas ekonomi di AS. Hal ini bisa membawa arus safe-haven ke dollar AS. Terlebih lagi, kasus naiknya kembali covid 19 di Inggris bisa membawa Sterling turun.
"Support" terdekat menunggu di 1.3700 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.3650 dan kemudian 1.3570. "Resistance" terdekat menunggu di 1.3725 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.3760 dan kemudian 1.3785. PT KONTAK PERKASA FUTURES
KONTAK PERKASA FUTURES SURABAYA - Setelah turun ke bawah 1.3750 akibat menguatnya dollar AS karena tanda-tanda "tapering" yang segera akan dilakukan oleh the Fed, GBP/USD semakin turun dan mencapai kerendahan bulan Agustus yang baru di 1.3617 dengan angka inflasi Inggris turun di bawah dari yang diperkirakan.
"Pelarian ke keamanan" itulah judul utama yang mendorong dollar AS naik dengan kasus virus corona terus meningkat sementara data ekonomi lebih banyak melemah. Sebelumnya dollar AS sudah lebih dahulu naik dengan keluarnya risalah pertemuan the Fed yang cenderung ke arah "tapering".
Risalah pertemuan the Fed memberikan signal pengurangan skema pembelian obligasi atau pengetatan (tapering) sudah ada di dalam agenda the Fed.
Tapering sedang datang, inilah narasi yang datang dari risalah pertemuan Federal Reserve dan hal ini mendorong naik dollar AS. Jika the Fed memang benar mengurangi skema pembelian obligasinya, matauang dollar AS memiliki ruang untuk naik.
Namun menguatnya dollar AS ini bisa mencapai batasnya dan mengalami koreksi dengan para investor mulai berpikir ulang mengenai makna dari risalah pertemuan FOMC the Fed.
Pertama, pengumuman di atas mengenai pengurangan pembelian obligasi pada tahun ini sudah ada di dalam agenda sebelumnya. Kedua, risalah tersebut berasal dari pertemuaan yang diadakan pada akhir bulan Juli, dan sejak saat itu, beberapa data ekonomi AS yang keluar mengecewakan. Consumer Confidence bulan Agustus turun lebih rendah dari kerendahan selama pandemik dan angka penjualan ritel bulan Juli, sangat mengecewakan. Terlebih lagi varian Covid Delta terus menyebar dengan cepatnya. Ketiga, dari risalah dapat disimpulkan bahwa the Fed tidak akan secara otomatis menaikkan tingkat bunga pada saat mengakhiri proses tapering.
Sementara itu, dari data ekonomi, data ekonomi AS menyedihkan. Setelah sentimen konsumen bulan Agustus tumbang ke bawah level terburuk dalam masa pandemik, penjualan ritel juga turun menjadi – 1.1% di bulan Juli, lebih buruk daripada – 0.2% yang diperkirakan.
Kasus coronavirus juga menjadi penting di AS setelah dalam satu hari dilaporkan terjadi kasus baru sebanyak 250.000 orang, naik pesat dari posisi sebelumnya dengan puncaknya 140.000.
Di Inggris kasus covid juga tetap bertahan tinggi, mengakhiri penurunan yang cepat yang tercatat pada pertengahan bulan Juli. Perpaduan arus safe-haven ke dollar AS dengan kekuatiran akan ekonomi Inggris membebani Sterling telah menjadi faktor yang paling dominan yang menekan GBP/USD.
Data Inggris bervariasi, namun kebanyakan angka-angka yang penting muncul mengecewakan. Sementara tingkat pengangguran turun ke 4.7% dan pertumbuhan upah lompat 8.8% YoY untuk bulan Juni. Klaim pengangguran hanya turun sedikit 7800 di bulan Juli. CPI tergelincir ke 2% di bulan Juli, di bawah dari yang diperkirakan sehingga membuat BoE melonggarkan tekanannya untuk mengetatkan kebijaksanaan.
Minggu ini, menjadi pertanyaan apakah Inggris bisa kembali mengalahkan covid – 19? Setelah kasus baru yang disebabkan oleh kerumunan di masa pertandingan Euro 2021, infeksi meningkat lagi sementara kampanye vaksin telah melambat. Kunci untuk memenangkan pertempuran melawan virus dan merestorasi keyakinan konsumen adalah imunisasi, khususnya terhadap orang-orang muda.
Kalender ekonomi Inggris minggu ini relatif sedikit. Purchasing Manager Index pendahuluan dari Markit untuk bulan Agustus menonjol. Penurunan grade dari PMI jasa pada bulan Juli menyebabkan Sterling jatuh. Apabila kembali jatuh maka sektor terbesar di Inggris ini juga mengkuatirkan.
Di AS, Kongres AS sedang kembali dari liburan musim panasnya dengan dua program belanja yang besar menjadi prioritas di agenda. Demokrat sedang berusaha menyeimbangkan antara meloloskan belanja infrastruktur senilai $1 triliun yang bipartisan dengan program yang lebih ambisius pengeluaran senilai $3.5 triliun.
Partai yang berkuasa saat ini sedang terpukul hebat dengan kejatuhan pemerintah Afghanistan dan hanya memiliki kelebihan tipis di kedua dewan yang ada di Kongres. Setiap penundaan terhadap program tersebut bisa meredupkan prospek pertumbuhan dan membebani sentimen di pasar. Dan sebaliknya, apabila keduanya bisa lolos maka akan membuat pasar gembira.
Event utama pada minggu ini adalah symposium Jackson Hole selama dua hari, dimana kepala the Fed Jerome Powell diskedulkan akan berbicara pada hari Jumat, 27 Agustus.
Diskusi besarannya adalah "kebijakan makro ekonomi di dalam perekonomian yang bermasalah", namun fokus pasar adalah diskusi sekitar "tapering" dari program pembelian asset QE dari the Fed.
Setelah melihat bahwa the Fed paling tidak telah berbicara mengenai "tapering" di dalam risalah pertemuan kebijakan ekonomi mereka, sedikit pembicaraan saja mengenai "tapering" di Jackson Hole akan bisa memicu pembelian yang signifikan atas dollar AS pada minggu ini.
Penyebaran varian Delta belakangan ini ditambah dengan lemahnya konsumsi dan tanda-tanda telah memuncaknya inflasi yang hanya muncuk 0.3% di bulan Juli, adalah alasan untuk bank sentral AS ini tidak akan mengumumkan pengurangan pembelian obligasi pada bulan September.
Beberapa indikator ekonomi yang akan menggerakkan pasar di antaranya adalah PMI pendahuluan dari Markit untuk bulan Agustus yang bisa menunjukkan penurunan di dalam sentimen bisnis menyusul penurunan di dalam "consumer confidence".
Statistik Durable Goods Orders untuk bulan Juli akan memberikan pandangan pertama mengenai investasi di kuartal ketiga dengan angka yang bervariasi yang diperkirakan.
Para ekonom memperkirakan angka GDP yang diupdate untuk kuartal kedua juga diupgrade dari angka awal di 6.5% setahun.
Ukuran inflasi dari the Fed – Core PCE – diperkirakan menunjukkan bahwa kenaikan harga masih tetap di atas 3% sekali lagi.
"Support" terdekat menunggu di 1.3560 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.3500 dan kemudian 1.3450. "Resistance" terdekat menunggu di 1.3660 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.3740 dan kemudian 1.3800. KONTAK PERKASA FUTURES
ptkontakperkasafuturessurabaya posted: " PT KONTAK PERKASA FUTURES SURABAYA - EUR/USD diperdagangkan naik mengarah 1.1750, di sekitar 1.1741, mendapatkan pijakan naik dengan pasar bergembira karena prospek bahwa Federal Reserve akan menahan diri dari melakukan pengurangan skema pembelian ob"
PT KONTAK PERKASA FUTURES SURABAYA - EUR/USD diperdagangkan naik mengarah 1.1750, di sekitar 1.1741, mendapatkan pijakan naik dengan pasar bergembira karena prospek bahwa Federal Reserve akan menahan diri dari melakukan pengurangan skema pembelian obligasi. PMI zona euro bervariasi.
Memasuki minggu yang baru, ada sentimen yang benar-benar berbeda. Pasar bersemangat dengan prospek bahwa Federal Reserve akan menunda melakukan "tapering" dari skema pembelian obligasi, berkebalikan dengan suramnya sentimen minggu lalu. Namun, alasan berspekulasi bahwa the Fed akan menahan diri dari memperlambat pencetakan uang bukanlah sesuatu yang positip yaitu cepatnya penyebaran varian covid Delta.
Permintaan akan assets safe-haven termasuk dollar AS mereda, sementara harga saham mengalami kenaikan, dengan memburuknya situasi di AS karena penyebaran varian Delta bisa memaksa the Fed tetap tidak mengubah kebijakan moneter yang ultra longgar.
Pasar mempublikasikan perkiraan pendahuluan dari PMI bulan Agustus untuk Uni Eropa, yang menunjukkan bahwa aktifitas bisnis di Eropa terus bertumbuh, walaupun tingkat kecepatan ekspansinya telah sedikit melemah.
Pertumbuhan sektor jasa melampaui sektor manufaktur untuk pertama kalinya sejak pandemi, ditopang oleh dibukanya kembali ekonomi lebih jauh. PMI Jasa keluar di 59.7, sementara indeks manufaktur di 61.5, dan keduanya meleset dari yang diperkirakan.
"Support" terdekat menunggu di 1.1700 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.1660 dan kemudian 1.1620. "Resistance" terdekat menunggu di 1.1750 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.1790 dan kemudian 1.1820. PT KONTAK PERKASA FUTURES
KONTAK PERKASA FUTURES SURABAYA - Dalam pergerakan pasar uang Senin pagi ini (23/8), nilai tukar rupiah terhadap dollar terpantau rebound, sementara dollar AS di pasar Asia turun setelah melemah di sesi global sebelumnya. Rupiah terhadap dollar AS pagi ini menguat 0,26% atau 37 poin ke level Rp 14.415 dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 14.452.
Analis melihat untuk hari ini perdagangan rupiah vs dollar dibuka menguat ke Rp 14.435 kemudian bergerak menguat ke Rp14.415, dan terakhir pagi ini WIB terpantau di posisi Rp 14.415. Menguatnya rupiah terjadi sementara dollar AS di pasar uang Asia turun setelah melemah di sesi global sebelumnya; di bawah dari sekitar 9 bulan tertingginya sebagai safe haven di tengah kekhawatiran virus corona Delta akan menghambat ekonomi global.
Indeks dollar, yang mengukur dollar terhadap keranjang enam mata uang saingan utamanya, pagi hari WIB ini turun tipis ke level 93,34, dibandingkan level penutupan sesi sebelumnya di 93,46.
Sementara itu, IHSG Senin di awal sesi pertama bangkit 29,630 poin (0,49%) ke level 6.060,754, sedangkan bursa saham kawasan Asia terpantau umumnya menguat dari koreksi pekan lalu akibat di ketidakjelasan regulasi sektor teknologi kawasan China.
Analis melihat dollar AS terhadap rupiah hari ini menguat, dengan dollar di pasar Asia menanjak. Rupiah terhadap dollar seminggu ini terlihat akan berada dalam rentang antara Rp14.304 – Rp14.523. KONTAK PERKASA FUTURES
KONTAK PERKASA FUTURES SURABAYA - Harga emas sedikit berubah pada akhir pekan hari Jumat, dengan kenaikan dibatasi oleh dolar yang lebih kuat, sementara meningkatnya kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global karena lonjakan infeksi COVID-19 mendukung permintaan logam safe-haven.
Harga emas spot berakhir naik tipis 0,05% pada 1,780.65 per ons. Secara mingguan harga emas spot hanya naik tipis dengan adanya permintaan safe haven investor yang lebih memilih dolar AS untuk aset safe haven.
Harga emas berjangka AS ditutup naik 0,05% pada $1.784 per ons.
Meningkatnya permintaan safe haven, memberikan persaingan bagi dolar AS dan emas. Dolar AS relatif kuat akhir-akhir ini sebagai akibat dari ekspektasi bahwa The Fed akan bergerak menuju tapering. Di sisi lain, masih ada dukungan mendasar di pasar emas dengan adanya kekhawatiran virus Delta dapat menghambat pemulihan ekonomi global.
Kekhawatiran atas pemulihan ekonomi yang melambat dan kemungkinan pengurangan dari Federal Reserve AS mengurangi selera untuk aset berisiko.
Tetapi dolar juga diuntungkan dari permintaan safe-haven, mendorong mata uang ke level tertinggi 9,5 bulan, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Dengan latar belakang petunjuk penurunan baru-baru ini dari bank sentral AS, sorotan beralih ke pertemuan tahunan Fed minggu depan di Jackson Hole, Wyoming, yang dapat menjelaskan lebih lanjut tentang strategi dan garis waktu moneter.
Analyst memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya harga emas akan mencermati pergerakan dolar AS. Jika komentar pejabat The Fed dan data ekonomi AS memberikan dukungan bagi penguatan ekonomi, akan menguatkan dolar AS dan menekan harga emas. KONTAK PERKASA FUTURES
ptkontakperkasafuturessurabaya posted: " KONTAK PERKASA FUTURES SURABAYA - Dollar AS mengalami kebangkitan yang kuat dengan keluarnya risalah pertemuan FOMC the Fed yang menunjukkan bahwa "tapering" sudah masuk dalam agenda the Fed. Kenaikan indeks dollar AS diperpanjang dengan munculnya pe"
KONTAK PERKASA FUTURES SURABAYA - Dollar AS mengalami kebangkitan yang kuat dengan keluarnya risalah pertemuan FOMC the Fed yang menunjukkan bahwa "tapering" sudah masuk dalam agenda the Fed. Kenaikan indeks dollar AS diperpanjang dengan munculnya permintaan yang besar dalam rangka keamanan (safe-haven) sehubungan dengan meningkatnya kasus covid – 19 dan ketakutan akan terjadinya "tapering" yang mendorong kenaikan indeks dollar AS ke 93.60 sampai akhir minggu ini.
EUR/USD terus turun ke zona 1.1670 kerendahan tahunan, setelah terpukul oleh laporan risalah pertemuan FOMC yang membangkitkan kenaikan USD, sebelum akhirnya terkoreksi normal ke 1.1699. Penurunan EUR/USD bertambah dalam dengan Jerman melaporkan angka tertinggi di dalam kasus coronavirus harian dalam tiga bulan.
Risalah pertemuan the Fed memberikan signal pengurangan skema pembelian obligasi atau pengetatan (tapering) sudah ada di dalam agenda the Fed. Tapering sedang datang, inilah narasi yang datang dari risalah pertemuan Federal Reserve dan hal ini mendorong naik dollar AS. Jika the Fed memang benar mengurangi skema pembelian obligasinya, matauang dollar AS memiliki ruang untuk naik.
"Pelarian ke keamanan" itulah judul utama yang mendorong dollar AS naik dengan kasus virus corona terus meningkat sementara data ekonomi lebih banyak melemah. Ketakutan akan melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan meningkatnya kasus covid – 19 terus membebani sentimen pasar sehingga kembali kepada sentimen yang "risk-off", kebanyakan disebabkan oleh meningkatnya kasus covid di AS, Inggris, Jerman, Jepang, Australia dan tempat-tempat lainnya.
Kabar buruk adalah kabar baik bagi dollar AS. Dollar AS mendapatkan pijakan naik dengan terus meningkatnya kasus harian. Dalam satu hari dilaporkan terjadi kasus baru sebanyak 250.000 orang, naik pesat dari posisi sebelumnya dengan puncaknya 140.000. Beberapa rumah sakit di Selatan hampir penuh.
Delta varian juga dominan di Eropa, namun penyebarannya masih dalam kontrol dengan Eropa terus mempercepat vaksinasinya.
Dollar AS juga mendapatkan dukungan naik dari keprihatinan akan pertumbuhan global yang berasal dari melemahnya data ekonomi AS. Consumer confidence AS bulan Agustus mengejutkan dengan kejatuhan di bawah level sebelum pandemik. Sementara penjualan ritel bulan Juli juga meleset dari yang diperkirakan dengan kejatuhan ke – 1.1%, lebih buruk daripada yang diperkirakan – 0.2% yang diperkirakan.
Sementara di Eropa, Uni Eropa mengkonfirmasi GDP kuartal kedua berada pada 2% dan inflasi tahunan pada bulan Juli di 2.2%.
Minggu ini, di Eropa akan dimulai dengan perkiraan pendahuluan PMI oleh Markit yang kemungkinan akan merefleksikan sentimen yang melemah. Jerman akan merilis perkiraan GDP kuartal kedua yang diperkirakan akan muncul di1.5%, selain itu juga akan mengeluarkan IFO Business Climate, and GFK Consumer Confidence.
AS akan mengeluarkan PMI pendahuluan dari Markit untuk bulan Agustus yang bisa menunjukkan penurunan di dalam sentimen bisnis menyusul penurunan di dalam "consumer confidence".
Statistik Durable Goods Orders untuk bulan Juli akan memberikan pandangan pertama mengenai investasi di kuartal ketiga dengan angka yang bervariasi yang diperkirakan.
Para ekonom memperkirakan angka GDP yang diupdate untuk kuartal kedua juga diupgrade dari angka awal di 6.5% setahun.
Ukuran inflasi dari the Fed – Core PCE – diperkirakan menunjukkan bahwa kenaikan harga masih tetap di atas 3% sekali lagi.
Event utama pada minggu ini adalah symposium Jackson Hole selama dua hari, dimana kepala the Fed Jerome Powell diskedulkan akan berbicara pada hari Jumat, 27 Agustus.
Diskusi besarannya adalah "kebijakan makro ekonomi di dalam perekonomian yang bermasalah", namun fokus pasar adalah diskusi sekitar "tapering" dari program pembelian asset QE dari the Fed.
Setelah melihat bahwa the Fed paling tidak telah berbicara mengenai "tapering" di dalam risalah pertemuan kebijakan ekonomi mereka, sedikit pembicaraan saja mengenai "tapering" di Jackson Hole akan bisa memicu pembelian yang signifikan atas dollar AS pada minggu ini.
Penyebaran varian Delta belakangan ini ditambah dengan lemahnya konsumsi dan tanda-tanda telah memuncaknya inflasi yang hanya muncuk 0.3% di bulan Juli, adalah alasan untuk bank sentral AS ini tidak akan mengumumkan pengurangan pembelian obligasi pada bulan September.
Menguatnya dollar AS karena kemungkinan "tapering" dan meningkatnya kasus coronavireus varian Delta serta lemahnya data makro ekonomi AS membuat pasangan matauang EUR/USD berada pada trend bearish secara tehnikal yang bisa mengarah ke 1.1500.
"Support" terdekat menunggu di 1.1620 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.1570 dan kemudian 1.1500. "Resistance" terdekat menunggu di 1.1711 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.1739 dan kemudian 1.1790. KONTAK PERKASA FUTURES