PT KP PRESS SURABAYA - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Senin (5/4/2021). Sentimen pelaku pasar yang sedang membaik dan dolar AS yang sedang tertekan pasca rilis data tenaga kerja membuat rupiah mampu menguat, meski masih tipis.
Melansir data Refinitiv, rupiah pada hari ini membuka perdagangan dengan menguat 0,07% ke Rp 14.510/US$. Setelahnya rupiah sempat menguat 0,1% ke Rp 14.505/US$, sebelum kembali ke Rp 14.510/US$ hingga pukul 12:00 WIB.
Rupiah berpeluang mempertahankan penguatan di sisa perdagangan hari ini, bahkan tidak menutup kemungkinan menembus RP 14.500/US$. Hal tersebut terindikasi dari pergerakan rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Membaiknya sentimen pelaku pasar global memberikan tenaga bagi rupiah. Membaiknya sentimen pelaku pasar tercermin dari menguatnya mayoritas bursa saham utama Asia. Tanda-tanda membaiknya sentimen pelaku pasar sudah terlihat sejak Kamis pekan lalu, saat bursa saham AS (Walll Street) menguat, dengan indeks S&P 500 menembus level 4.000 untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Penguatan tersebut dipicu rencana proyek infrastruktur Presiden AS Joseph 'Joe' Biden, senilai US$ 2 triliun.
Di sisi lain, . Departemen Tenaga Kerja AS pada pekan lalu melaporkan tingkat pengangguran di bulan Maret memang turun menjadi 6% dari bulan sebelumnya 6,2%, kemudian penyerapan tenaga kerja diluar sektor pertanian (non-farm payroll) tercatat sebanyak 916.000 orang, terbanyak sejak Agustus 2020 lalu.
Tetapi ada satu yang mengganjal, rata-rata upah per jam turun 0,1% pada bulan lalu, setelah naik 0,3% di bulan sebelumnya. Padahal, upah merupakan komponen penting dalam pemulihan ekonomi AS, serta kenaikan inflasi.
Dengan penurunan rata-rata upah per jam tersebut, laju kenaikan inflasi kemungkinan akan terhambat. Apalagi pada bulan Februari lalu, inflasi AS (yang dicerminkan oleh Personal Consumption Expenditure/PCE inti) tumbuh di 1,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year). Pertumbuhan tersebut lebih lambat dibandingkan laju Januari 2021 yang sebesar 1,5%.
Inflasi PCE merupakan salah satu acuan bank sentral AS (The Fed) untuk merubah kebijakan moneternya, ketika inflasi masih lemah, maka kebijakan moneter ultralonggar masih akan dipertahankan.
Alhasil, indeks dolar AS melemah merespon data tersebut, dan rupiah mampu menguat. PT KP PRESS
cnbcindonesia.com
Baca juga artikel lainnya 1. Bitcoin 'Bikin Sakit', Lebih Baik Pilih Emas | PT KP PRESS
2. Investasi Emas Tetap Menggiurkan Sampai Kuartal Pertama 2018 | PT KP PRESS 3. Investasi Masih Menarik Tahun 2018 | PT KP PRESS 4. Menengok Prospek Bisnis Investasi di Tahun Politik | PT KP PRESS 5. Tahun 2018, Bisnis investasi Dinilai Tetap Menarik | PT KP PRESS 6. 2018 Emas dan Dolar Pilihan Menarik untuk Investasi Berjangka | PT KP PRESS 7. KPF: Bisnis Investasi Masih Menarik pada 2018 | PT KP PRESS
PT KP PRESS SURABAYA - Pasar keuangan dalam negeri dibuka cukup galau pada perdagangan Senin (5/4/21) pasca liburan Hari Raya Paskah pekan lalu.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka liar pada perdagangan pagi ini. Dibuka hijau 0,31% ke level 6.141,60. Selang 8 menit perdagangan sesi pertama IHSG malah balik terdepresiasi 0,18% ke level 6.001,71. Saat Ini pada pukul 9:45 WIB IHSG terpantau naik tipis 0,18% ke level 6.022,55
Nilai transaksi hari ini sebesar sebesar Rp 2,4 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 287 miliar di pasar reguler.
Selanjutnya, Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat pada pembukaan perdagangan pasar spot hari ini, setelah melemah 0,76% sepanjang pekan lalu.
Pada Senin (5/4/2021), US$ 1 dibanderol Rp 14.515/US$ di pasar spot. Rupiah menguat 0,03% dibandingkan dengan penutupan perdagangan terakhir pekan lalu.
Sementara itu pasar obligasi Ibu Pertiwi cenderung bervariatif, akan tetapi obligasi bertenor 10 tahun yang biasa menjadi acuan terapresiasi 0,36% yang menyebabkan imbal hasilnya turun tipis menjadi 6,709%.
Berikut berberapa sentimen yang memang cenderung mixed di tengah IHSG yang terkoreksi. Pertama. yield obligasi pemerintah AS dan green back masih harus terus dipantau. Kombinasi keduanya bisa membuat pasar saham mengalami koreksi dan mata uang negara berkembang termasuk rupiah terdepresiasi.
Kenaikan lanjutan yield obligasi dan dolar AS berpeluang besar untuk memicu terjadinyaoutflowdari pasar modal RI. Ketika outflow terjadi secara besar-besaran maka rupiah akan menjadi tumbal.
Sentimen kedua yang juga perlu menjadi perhatian pelaku pasar adalah perkembangan proposal infrastruktur senilai US$ 2 triliun. Menurut ekonom jika proposal ini disetujui Kongres maka bisa meningkatkan output perekonomian AS sebesar 0,5 sampai dengan 1 poin persentase.
Namun rencana Biden tak bisa dibilang mulus, lawan Biden tak hanya para produsen minyak di Paman Sam tetapi juga kongres yang suaranya terpecah. Beberapa Demokrat dan aktivis lingkungan khawatir momentum ini tak bisa dimanfaatkan untuk membawa perubahan.
Beberapa anggota Partai Republik yang menentang paket bantuan pandemi Biden juga mengutuk tujuan presiden untuk memasukkan kebijakan iklim ke dalam undang-undang infrastruktur.
Di sisi lain rencana Biden untuk menaikkan pajak juga menuai pro dan kontra. Biden juga berencana untuk menaikkan tarif pajak perusahaan AS menjadi 28% dari pajak sebesar 21% yang ditetapkan di masa Presiden Trump tahun 2017. PT KP PRESS
cnbcindonesia.com
Baca juga artikel lainnya 1. Bitcoin 'Bikin Sakit', Lebih Baik Pilih Emas | PT KP PRESS
2. Investasi Emas Tetap Menggiurkan Sampai Kuartal Pertama 2018 | PT KP PRESS 3. Investasi Masih Menarik Tahun 2018 | PT KP PRESS 4. Menengok Prospek Bisnis Investasi di Tahun Politik | PT KP PRESS 5. Tahun 2018, Bisnis investasi Dinilai Tetap Menarik | PT KP PRESS 6. 2018 Emas dan Dolar Pilihan Menarik untuk Investasi Berjangka | PT KP PRESS 7. KPF: Bisnis Investasi Masih Menarik pada 2018 | PT KP PRESS
PT KP PRESS SURABAYA - Pada penutupan pasar hari Kamis 1 April minggu terakhir di bulan Maret harga soft commodities mixed, dengan harga kopi Arabika dan harga kopi Robusta turun karena permintaan berkurang akibat lockdown yang terjadi di Eropa , harga gula di New York turun karena lockdown di Brazil permintaan etanol berkurang dan harga kakao naik karena melemahnya indeks dolar AS.
Harga kopi turun pada penutupan pasar hari Kamis, karena permintaan kopi menurun akibat lockdown di Eropa pandemic covid gelombang ke 3. Real Brazil melemah pada hari Kamis sebesar 1.23% terhadap dolar.
Harga gula pada penutupan pasar hari Kamis di ICE New York turun namun masih diatas sedikit dari harga 3 bulan terendahnya di hari Rabu. Harga gula turun karena kembali terjadi lockdown di Brazil sehingga permintaan etanol berkurang karena aktivitas yang berkurang akibat lockdown membuat petani lebih memilih membuat gula dibandingkan etanol sehingga persediaan gula menjadi banyak.
Harga kakao pada penutupan pasar hari Kamis naik di New York karena melemahnya indeks dolar AS, harga kakao naik dari harga terendah 4 ½ bulan pada hari Selasa. Harga kakao masih tertekan karena meningkatnya produksi kakao di Afrika Barat, karena cuaca baik di Ivory Coast dan Ghana pada saat panen pertengahan tahun yang akan dimulai pada minggu ini.
Adapun penggerak pasar pada minggu ini adalah sebagai berikut : KOPI Harga kopi Arabika Mei di ICE New York ditutup turun $1.90 (1.54%) menjadi $121.60 dan harga kopi Robusta di ICE London turun 1.27%.
Faktor penggerak pasar Kopi: • Produksi kopi dunia di 2020/21 ( Oktober – September) naik 1.9% dari tahun lalu menjadi 171.896 juta kantong menurut ICO. • Konsumsi kopi global di 2020/21 naik 1.3% dari tahun lalu menjadi 166.629 juta kantong menurut ICO. • Pasar kopi dunia di 2020/21 akan menjadi surplus tertinggi 3 tahun di 5.258 juta kantong dari perkiraan sebelumnya 4.148 juta kantong di 2019/20. • Produksi kopi Arabika Brazil di 2021 diperkirakan akan turun 35.7% dari tahun lalu menjadi 31.35 juta kantong jumlah terendah 12 tahun menurut Conab. • Ekspor kopi Brazil di 2020/21 diperkirakan akan meningkat 10% menjadi 40.4 juta kantong menurut CeCafe. • Produksi kopi Robusta di Brazil di 2021 diperkirakan akan naik 16% dari tahun lalu menjadi 16.6 juta kantong • Ekspor kopi Colombia pada bulan Februari naik 18% dari tahun lalu menjadi 1.275 juta kantong. • Produksi kopi Arabika global di Oktober – Januari naik 3.7% menjadi 41.876 juta kantong menurut ICO. • Produksi kopi robusta Vietnam akan turun 10 – 15% pada tahun 2021 karena bencana alam dan penurunan investasi menurut The Vietnam Coffee Association • Ekspor kopi Robusta Vietnam di Januari – Maret turun 2021 turun 17% dari tahun lalu menjadi 428,000 MMT menurut General Departement of Vietnam Customs • Persediaan kopi di AS pada bulan Februari turun 8.3% dari tahun lalu menjadi jumlah terendah 5 ½ tahun menjadi 5.791 juta kantong menurut The Green Coffee Association.
Analisa tehnikal untuk kopi dengan support pertama di $ 121 dan berikut ke $118 sedangkan resistant pertama di $ 125 dan berikut ke $ 127.
GULA Harga gula di ICE New York turun 6 sen (0.41%) menjadi $14.71 dan harga gula putih di ICE London naik 0.81%.
Faktor Penggerak Pasar Gula: • Produksi gula dunia di 2020/21 ( April / Maret) naik 0.9% dari tahun lalu menjadi 171.1 MT setelah turun 8.4% di 2019/20 menjadi 169.6 MMT menurut ISO. • Pasar gula dunia di 2020/21 akan defisit 4.8 MMT dari surplus 900,000 MT di 2019/20 menurut ISO. • Produksi gula Brazil, negara produsen gula terbesar di dunia di tahun 2020/21 diperkirakan akan naik 32 % dari tahun lalu menjadi 39.3 MMT dari 29.8 MMT di 2019/20 menurut CONAB. • Persentase tebu yang dijadikan gula naik 46.4% di 2020/21 dari 34.9% di 2019/20 karena turunnya permintaan etanol menurut CONAB • Perkiraan produksi gula India di 2020/21 akan meningkat 9% dari tahun lalu menjadi 29.9 MMT menurut Indian Sugar Mills Association (ISMA) • Perkiraan ekspor gula India di 2020/21 sebesar 4.3 MMT akan turun 25% dari 2019/20 menurut All India Sugar Trade Association • Produksi gula Thailand di 2020 /21 turun 23% dari tahun lalu menjadi 5.5 MMT menurut The Thailand Office of Cane & Sugar Board. • Perkiraan produksi gula Uni Eropa di 2021/22 akan turun 12% menjadi 15.4 MMT menurut the European Commission.
Analisa tehnikal untuk gula dengan support pertama di $14.60 dan berikut ke $14.30 sedangkan resistant pertama di $15.00 dan berikut ke $15.30
KAKAO Harga kakao Mei di ICE New York naik $44 (1.87%) menjadi $2,392 per ton dan harga kakao Mei di ICE London naik 1.18%.
Faktor penggerak pasar kakao : • Perkiraan produksi kakao dunia di 2020/21 (Oktober – September) akan naik 2.5% dari tahun lalu menjadi 4. 843 MMT menurut ICCO • Perkiraan produksi kakao yang digiling akan naik 0.5% dari tahun lalu menjadi 4.693 MMT menurut ICCO. • Perkiraan pasar Kakao global di 2020/21 akan surplus 102,000 dari surplus 10,000 MT di 2019/20 menurut ICCO • Produksi Ivory Coast di 2019/20 diperkirakan naik 1.2% dari tahun lalu menjadi 2.18 MMT. • Produksi Ghana 2019/20 diperkirakan naik 2.3% dari tahun lalu menjadi 850,000 MT menurut ICCO.
Analisa tehnikal untuk kakao dengan support pertama di $2,330 dan berikut ke $2,300 sedangkan resistant pertama di $2,420 dan berikut ke $2,440. PT KP PRESS
vibiznews.com
Baca juga artikel lainnya 1. Bitcoin 'Bikin Sakit', Lebih Baik Pilih Emas | PT KP PRESS
2. Investasi Emas Tetap Menggiurkan Sampai Kuartal Pertama 2018 | PT KP PRESS 3. Investasi Masih Menarik Tahun 2018 | PT KP PRESS 4. Menengok Prospek Bisnis Investasi di Tahun Politik | PT KP PRESS 5. Tahun 2018, Bisnis investasi Dinilai Tetap Menarik | PT KP PRESS 6. 2018 Emas dan Dolar Pilihan Menarik untuk Investasi Berjangka | PT KP PRESS 7. KPF: Bisnis Investasi Masih Menarik pada 2018 | PT KP PRESS
ptkontakperkasafuturessurabaya posted: " PT KP PRESS SURABAYA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup longsor ke zona merah pada perdagangan sesi pertama Senin (5/4/21) selepas libur Hari Raya Paskah. Dibuka hijau 0,31% ke level 6.141,60, IHSG mengakhiri sesi pertama terkoreksi 0,46% k"
PT KP PRESS SURABAYA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup longsor ke zona merah pada perdagangan sesi pertama Senin (5/4/21) selepas libur Hari Raya Paskah. Dibuka hijau 0,31% ke level 6.141,60, IHSG mengakhiri sesi pertama terkoreksi 0,46% ke level 5.983,76 setelah sempat bergerak liar dari zona hijau ke zona merah berberapa kali.
Nilai transaksi hari ini sebesar sebesar Rp 4,8 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 496 miliar di pasar reguler. Data perdagangan mencatat 187 saham terapresiasi, 276 terkoreksi, sisanya 159 stagnan.
Asing melakukan pembelian di saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sebesar Rp 16 miliar dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 13 miliar.
Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang dilego Rp 94 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dijual Rp 9 miliar.
Yieldo bligasi pemerintah AS dangreenbackmasih harus terus dipantau. Kombinasi keduanya bisa membuat pasar saham mengalami koreksi dan mata uang negara berkembang termasuk rupiah terdepresiasi.
Kenaikan lanjutanyieldobligasi dan dolar AS berpeluang besar untuk memicu terjadinyaoutflowdari pasar modal RI. Ketikaoutflow terjadi secara besar-besaran maka rupiah akan menjadi tumbal.
Sentimen kedua yang juga perlu menjadi perhatian pelaku pasar adalah perkembangan proposal infrastruktur senilai US$ 2 triliun. Menurut ekonom jika proposal ini disetujui Kongres maka bisa meningkatkanoutput perekonomian AS sebesar 0,5 sampai dengan 1 poin persentase.
Namun rencana Biden tak bisa dibilang mulus, lawan Biden tak hanya para produsen minyak di Paman Sam tetapi juga kongres yang suaranya terpecah. Beberapa Demokrat dan aktivis lingkungan khawatir momentum ini tak bisa dimanfaatkan untuk membawa perubahan.
Beberapa anggota Partai Republik yang menentang paket bantuan pandemi Biden juga mengutuk tujuan presiden untuk memasukkan kebijakan iklim ke dalam undang-undang infrastruktur.
Di sisi lain rencana Biden untuk menaikkan pajak juga menuai pro dan kontra.Biden juga berencana untuk menaikkan tarif pajak perusahaan AS menjadi 28% daripajak sebesar 21% yang ditetapkandi masa Presiden Trump tahun 2017. PT KP PRESS
cnbcindonesia.com
Baca juga artikel lainnya 1. Bitcoin 'Bikin Sakit', Lebih Baik Pilih Emas | PT KP PRESS
2. Investasi Emas Tetap Menggiurkan Sampai Kuartal Pertama 2018 | PT KP PRESS 3. Investasi Masih Menarik Tahun 2018 | PT KP PRESS 4. Menengok Prospek Bisnis Investasi di Tahun Politik | PT KP PRESS 5. Tahun 2018, Bisnis investasi Dinilai Tetap Menarik | PT KP PRESS 6. 2018 Emas dan Dolar Pilihan Menarik untuk Investasi Berjangka | PT KP PRESS 7. KPF: Bisnis Investasi Masih Menarik pada 2018 | PT KP PRESS
PT KONTAK PERKASA FUTURES SURABAYA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Di pasar spot, mata uang Merah Putih masih terombang-ambing.
Pada Kamis (1/4/2021), kurs tengah BI atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.577. Rupiah melemah tipis 0,03% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Sementara di pasar spot, rupiah belum menemukan bentuk. Kala pembukaan pasar, rupiah stagnan di Rp 14.520/US$. Beberapa menit kemudian, rupiah menguat tipis ke Rp 14.520/US$.
Akan tetapi, rupiah tidak kuat lama bertahan di zona hijau. Pada pukul 10:00 WIB, rupiah malah melemah ke Rp 14.550/US$ atau 0,21%.
Maklum, investor asing masih cenderung menjauh dari pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) boleh naik 0,43% dan kembali ke atas 6.000 pada pukul 09:20 WIB. Namun investor asing masih membukukan jual bersih Rp 247,14 miliar di pasar reguler.
Well, mungkin rupiah kena April Mop. Sebab di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF), sejatinya rupiah bergerak menguat. Biasanya pergerakan rupiah di pasar NDF akan mempengaruhi dinamika di pasar spot. PT KONTAK PERKASA FUTURES
PT KONTAK PERKASA FUTURES SURABAYA - Bursa Amerika Serikat cenderung mengalami penguatan di tengah rencana Presiden Joe Biden mengeluarkan stimulus lanjutan. Pada penutupan perdagangan Rabu (31/3/2021), Dow Jones koreksi 0,26 persen menjadi 32.981,55, S&P 500 naik 0,36 persen menuju 3.972,89, dan NASDAQ melonjak 1,54 persen ke level 13.246,87. Mengutip laporan Reliance Sekuritas, saham teknologi memimpin saham AS lebih tinggi, mendapatkan kembali dukungan pada hari terakhir kuartal I/2021, di mana mereka mengikuti sektor pasar utama lainnya, dengan Presiden Joe Biden bersiap untuk mengungkap rencana stimulus berikutnya.
Saham Apple Inc., Microsoft Corp dan Tesla Inc. mendorong Nasdaq 100 naik 1,5 persen, sementara Dow Jones Industrial berakhir lebih rendah dengan investor lebih menyukai saham-saham pertumbuhan daripada saham berbasis nilai (value shares) lagi.
Tolok ukur S&P 500 menetapkan level tertinggi harian, mundur dari rekor level penutupan di saat-saat terakhir perdagangan. Minyak turun setelah rapat panel OPEC + berakhir tanpa rekomendasi kebijakan minyak. Dolar melemah, namun masih mencatatkan kuartal terbaiknya dalam satu tahun. Indeks Komoditas Bloomberg dan mata uang negara berkembang naik. Presiden Joe Biden mempresentasikan rencana infrastruktur AS senilai US$2,25 triliun pada hari Rabu, menyiapkan panggung untuk pertarungan berlarut-larut mengenai program ekonomi besar keduanya setelah paket bantuan pandemi sebelumnya melalui Kongres yang relatif lancar.
"Rencana Pekerjaan Amerika," demikian presiden menyebutnya, menjabarkan program delapan tahun yang mencakup US$620 miliar untuk transportasi dan US$650 miliar untuk inisiatif seperti air bersih dan broadband berkecepatan tinggi. Rencana Biden juga akan mengalokasikan US$580 miliar untuk manufaktur Amerika, yang akan mencakup US$180 miliar untuk program penelitian dan pengembangan non-pertahanan terbesar yang pernah tercatat, dan US$400 miliar untuk perawatan orang tua dan penyandang cacat.
Minyak turun paling tajam dalam kira-kira seminggu setelah Prancis mengumumkan akan memulai penguncian selama sebulan, sementara OPEC + menyuarakan keprihatinannya tentang kekuatan permintaan minyak menjelang keputusan yang diharapkan minggu ini tentang produksi. Kontrak WTI di New York turun 2,3 persen pada hari Rabu ke level terendah dalam hampir seminggu, dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan pandemi lebih berbahaya. Gambaran permintaan jangka pendek yang memburuk di Eropa mengimbangi penarikan pasokan minyak yang mengejutkan di AS dan sinyal bullish lainnya yang mengarah ke peningkatan permintaan karena lebih banyak orang Amerika yang divaksinasi. PT KONTAK PERKASA FUTURES
PT KONTAK PERKASA FUTURES SURABAYA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jeblok dan meninggalkan posisi psikologis 6.000 tepatnya 5.985 pada penutupan perdagangan Rabu ini (31/3/2021). Pada perdagangan hari ini, IHSG juga masih labil sempat naik ke atas 6.000 tapi kemudian turun lagi.
Sentimennya pun campur aduk, fenomena margin call di bursa Wall Street, naiknya yield obligasi AS hingga salah satu investor saham di negeri ini, hingga BPJS Ketenagakerjaan alias BP Jamsostek yang berkomitmen akan mengurangi porsi investasi sahamnya.
Head of Research PT Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma mengatakan angka 6.000 adalah angka psikologis, ketika sudah merosot hingga 5.8000 maka akan ada suport baru.
Dia menyebutkan bisa di posisi 5.800 atau 5.850, jika cukup kuat dan bisa kembali ke 6.000 maka berpotensi besar masih bisa rebound. Namun jika tidak terjadi, maka masih ada potensi pelemahan dan mungkin bisa di bawah 5.800.
"Karena indeks in tergantung sama saham perbankan kita seperti BBCA dan BBRI yang mengalami tekanan cukup besar dan itu bisa membuat kita turun dalam krn dua saham itu. Kalau jual mereda dan net foreign buy kembali, maka indeksnya bisa kembali," kata Suria dalam Investime, Rabu (01/04/2021).
Bagi investor yang mengkhawatirkan jatuhnya pasar saham dan imbasnya terhadap portofolio, harus kembali pada time frame investasinya. Jika memang investasi dilakukan jangka panjang, saham akan lebih menguntungkan.
Dia mengakui secara jangka pendek ada tekanan karena kondisi tekanan dan berbagai sentimen yang membuat kadangkala penurunan cukup dalam.
"Ini menjadi kesempatan juga, kalau ada penurunan jangan 100% investasi dilakukan sekarang sekaligus tapi bertahap. Jadi nnti ketika naik lagi kita sudah ada posisi," ujarnya.
Menurut dia potensi penurunan masih ada, tapi memang secara jangka panjang akan ada kenaikan kembali. Bahkan tahun ini menjadi kesempatan recovery fundamental menjadi cukup tinggi. Untuk itu, bagi investor lebih baik masuk dengan mencicil sehingga jika ada penurunan berikutnya bisa masuk kembali.
"Kembali tergantung time frame dr investasi kita. Kalau dananya udah 100% dimasukan mungkin kalau bisa percaya penurunan bisa jual, kalau turun lagi bisa beli lag. Tapi kalau dananya masih ada mulai masuk, nyicil istilahnya jangan sekaligus," ujarnya. PT KONTAK PERKASA FUTURES